Apakah Anda?

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Apakah Anda merasa kesulitan dalam membuat Proposal Bantuan, Pelaporan, Skripsi, Tesis, Disertasi, PTK, atau Karya Tulis Ilmiah. Bila memerlukan bantuan, silahkan kontak kami.
Wassalam
matsahudi@yahoo.com
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


KELUARGA SEHAT ANTI POLUSI TV

KELUARGA SEHAT ANTI POLUSI TV
Oleh: Novin Farid Styo Wibowo
Dosen Ilmu Komunikasi UMM
Komunitas Kaji Komunikasi dan Media

Pengaruh media terhadap anak makin besar, teknologi semakin canggih & intensitasnya semakin tinggi. Padahal orangtua tidak punya waktu yang cukup untuk memerhatikan, mendampingi & mengawasi anak. Anak lebih banyak menghabiskan waktu menonton TV ketimbang melakukan hal lainnya.
Dalam seminggu Program TV untuk anak sekitar 170 jam. Apa yang mereka pelajari selama itu? Mereka akan belajar bahwa kekerasan itu menyelesaikan masalah. Mereka juga belajar untuk duduk di rumah dan menonton, bukannya bermain di luar dan berolahraga. Hal ini menjauhkan mereka dari pelajaran-pelajaran hidup yang penting, seperti bagaimana cara berinteraksi dengan teman sebaya, belajar cara berkompromi dan berbagi di dunia yang penuh dengan orang lain.

Faktanya:
ü  Anak merupakan kelompok pemirsa yang paling rawan terhadap dampak negatif siaran TV.
ü  Data th 2002 mengenai jumlah jam menonton TV pada anak di Indonesia adalah sekitar 30-35 jam / minggu atau 1.560-1.820 jam /  tahun . Angka ini jauh lebih besar dibanding jam belajar di sekolah dasar yang tidak sampai 1.000 jam/tahun.
ü  Tidak semua acara TV aman untuk anak. Bahkan, “Kidia” mencatat bahwa pada 2004 acara untuk anak yang aman hanya sekira 15% saja. Oleh karena itu harus betul-betul diseleksi.
ü  Acara TV bisa dikelompokkan dalam 3 kategori: Aman, Hati-hati, dan Tidak Aman untuk anak.
ü  Acara yang ‘Aman’: tidak banyak mengandung adegan kekerasan, seks, dan mistis. Acara ini aman karena kekuatan ceritanya yang sederhana dan mudah dipahami. Anak-anak boleh menonton tanpa didampingi.
ü  Acara yang ‘Hati-hati’: isi acara mengandung kekerasan, seks dan mistis namun tidak berlebihan. Tema cerita dan jalan cerita mungkin agak kurang cocok untuk anak usia SD sehingga harus didampingi ketika menonton.
ü  Acara yang “Tidak Aman”: isi acara banyak mengandung adegan kekerasan, seks, dan mistis yang berlebihan dan terbuka. Daya tarik yang utama ada pada adegan-adegan tersebut. Sebaiknya anak-anak tidak menonton acara ini.
Kenapa Kita Harus Mengurangi Menonton TV?
1. Berpengaruh terhadap perkembangan otak
Terhadap perkembangan otak anak usia 0-3 tahun dapat menimbulkan gangguan perkembangan bicara, menghambat kemampuan membaca-verbal maupun pemahaman. Juga, menghambat kemampuan anak dalam mengekspresikan pikiran melalui tulisan, meningkatkan agresivitas dan kekerasan dalam usia 5-10 tahun, serta tidak mampu membedakan antara realitas dan khayalan.

2. Mendorong anak menjadi konsumtif
Anak-anak merupakan target pengiklan yang utama sehingga mendorong mereka menjadi konsumtif.

3. Berpengaruh terhadap Sikap
Anak yang banyak menonton TV namun belum memiliki daya kritis yang tinggi, besar kemungkinan terpengaruh oleh apa yang ditampilkan di televisi. Mereka bisa jadi berpikir bahwa semua orang dalam kelompok tertentu mempunyai sifat yang sama dengan orang di layar televisi. Hal ini akan mempengaruhi sikap mereka dan dapat terbawa hingga mereka dewasa.

4. Mengurangi sosialiasi
Anak-anak akan jarang keluar bermain dan menyebabkan ketidaktahuan tentang bagaimana berinteraksi dengan linggkungan dan teman-temannya

5. Mengurangi semangat belajar
Bahasa televisi simpel, memikat, dan membuat ketagihan sehingga sangat mungkin anak menjadi malas belajar.

6. Membentuk pola pikir sederhana
Terlalu sering menonton TV dan tidak pernah membaca menyebabkan anak akan memiliki pola pikir sederhana, kurang kritis, linier atau searah dan pada akhirnya akan mempengaruhi imajinasi, intelektualitas, kreativitas dan perkembangan kognitifnya.


7. Mengurangi kreativitas
Dengan adanya TV, anak-anak jadi kurang bermain, mereka menjadi manusia-manusia yang individualistis dan sendiri. Setiap kali mereka merasa bosan, mereka tinggal memencet remote control dan langsung menemukan hiburan. Sehingga waktu liburan, seperti akhir pekan atau libur sekolah, biasanya kebanyakan diisi dengan menonton TV. Mereka seakan-akan tidak punya pilihan lain karena tidak dibiasakan untuk mencari aktivitas lain yang menyenangkan. Ini membuat anak tidak kreatif.

8. Meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan)
Kita biasanya tidak berolahraga dengan cukup karena kita biasa menggunakan waktu senggang untuk menonton TV, padahal TV membentuk pola hidup yang tidak sehat. Penelitian membuktikan bahwa lebih banyak anak menonton TV, lebih banyak mereka mengemil di antara waktu makan, mengonsumsi makanan yang diiklankan di TV dan cenderung mempengaruhi orangtua mereka untuk membeli makanan-makanan tersebut.




9. Merenggangkan hubungan antar anggota keluarga
Kebanyakan anak kita menonton TV lebih dari 4 jam sehari sehingga waktu untuk bercengkrama bersama keluarga biasanya ‘terpotong’ atau terkalahkan dengan TV. 40% keluarga menonton TV sambil menyantap makan malam, yang seharusnya menjadi ajang ’berbagi cerita’ antar anggota keluarga. Sehingga bila ada waktu dengan keluarga pun, kita menghabiskannya dengan mendiskusikan apa yang kita tonton di TV. Rata-rata, TV dalam rumah hidup selama 7 jam 40 menit. Yang lebih memprihatinkan adalah terkadang masing-masing anggota keluarga menonton acara yang berbeda di ruangan rumah yang berbeda.

10. Matang secara seksual lebih cepat
Banyak sekali sekarang tontonan dengan adegan seksual ditayangkan pada waktu anak menonton TV sehingga anak mau tidak mau menyaksikan hal-hal yang tidak pantas baginya. Dengan gizi yang bagus dan rangsangan TV yang tidak pantas untuk usia anak, anak menjadi balig atau matang secara seksual lebih cepat dari seharusnya. Dan sayangnya, dengan rasa ingin tahu anak yang tinggi, mereka memiliki kecenderungan meniru dan mencoba melakukan apa yang mereka lihat. Akibatnya seperti yang sering kita lihat sekarang ini, anak menjadi pelaku dan sekaligus korban perilaku-perilaku seksual. Persaingan bisnis semakin ketat antar Media, sehingga mereka sering mengabaikan tanggung jawab sosial, moral & etika.

   Matikan sebentar TVnya dan pikirkan hal lain yang lebih berguna.

Dengan TV dalam keadaan mati, kita jadi memiliki kesempatan untuk berpikir, membaca, berkreasi dan melakukan sesuatu. Untuk menjalin hubungan yang lebih menyenangkan dalam keluarga dan masyarakat. Mengurangi waktu menonton TV membuat kita mempunyai lebih banyak waktu untuk bermain di luar, berjalan-jalan atau melakukan olahraga yang kita senangi.


Bagaimana Caranya?
  • Pergi ke perpustakaan atau ke toko buku terdekat, Bercocok tanam, Bermain, Menulis surat, Jalan-jalan, Berenang,Bersepeda, Mendengarkan radio atau membaca koran, Memasak bersama ibu,Bikin lomba antar RT, Berolahraga, Bakti sosial, Rapikan rumah dan halaman, Ambil les, Bercengkrama dengan keluarga, Belajar, Mengerjakan keterampilan tangan, Ke kebun binatang atau musium, Dan lain-lain...


Tips cara mengendalikan nonton TV  anak:
1)       Hanya satu TV saja dalam rumah,  Pindahkan TV dari kamar anak Anda keruang keluarga.
2)       Matikan TV pada waktu makan, Adzan, waktu belajar dan waktu tidur (batasi jam nonton keluarga)
3)       Jika usianya dibawah 10 tahun dampingi anak anda, dan pilihkan acara yang sesuai dengan usianya
4)       Jangan pernah meninggalkan balita di depan TV sendiri sedang anda beraktivitas lain.
5)       Tentukan hari-hari apa saja dalam seminggu yang akan dilalui tanpa TV dan diganti kegiatan lain yang lebih bermanfaat.
6)       Berhenti berlangganan channel tambahan (cable, dll) dan gunakan uangnya untuk membeli hal-hal yang berguna lainnya, seperti buku.
7)       Sembunyikan remote controlnya.
8)       Untuk orang tua Mulai mengurangi intensitas dalam menonton TV sekarang (Ingat apapun ditiru oleh anak)

Jika anda merasakan bahwa suatu tayangan tidak mendidik dan mengarah pada bentuk pelanggaran maka beberapa yang bisa dilakukan:
  1. Menulis pada Surat Pembaca
  2. Melapor ke KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) baik pusat maupun daerah) ke alamat: KPI Pusat di Gedung Sekretariat Negara, Lt VI, Jl. Gajah Mada No 8, Jakarta, telp. 021-6340713 atau ke www.kpi.go.id
  3. Melapor ke Media Watch
  4. Boikot produk yang mengiklankan acara tersebut


0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons